event Diterbitkan pada: 2016-01-28

BANJARBARU Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, dinilai memiliki tata kelola pertambangan yang buruk. Daerah itu bahkan disebut yang terburuk di antara empat kabupaten pemilik tambang mineral di Indonesia. 

Penilaian itu diungkap lewat hasil riset yang dilakukan Pusat Penelitian Politik dan Pemerintahan (PolGov) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun empat daerah atau kabupaten yang menjadi obyek riset meliputi Tanah Bumbu, Banyuwangi di Jawa Timur, serta Belu dan Manggarai di Nusa Tenggara Timur. 

Direktur Program PolGov UGM, Purwo Santoso, mengatakan sumber mineral di Tanah Bumbu melimpah namun hanya dikuasai segelintir orang. “Kami waswas sumber daya alam di Tanah Bumbu berubah menjadi kutukan, seperti kasus black diamond di Afrika,” ujar Purwo kemarin. 

Menurut Purwo, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu mengadopsi model tata kelola yang menjadikan pembangunan ekonomi hanya bergantung pada ekstraksi sumber daya alam, termasuk untuk perkebunan sawit. Selain itu, disebutkan temuan indikasi dominasi elite lokal dan nasional untuk mengeruk keuntungan dengan meninggalkan potensi bencana bagi masyarakat lokal di Tanah Bumbu. 

Sayang, tidak ada perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu yang memenuhi undangan diskusi atas hasil riset tersebut. Adapun Kepala Bidang Pengendalian Kawasan Badan Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan, Endang Camsudin, tak menampik apa pun data yang dipaparkan Purwo dan timnya. 

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu telah mengeluarkan sebanyak 331 izin usaha pertambangan. Jumlah itu terbanyak dibanding kabupaten lain penghasil mineral di Kalimantan Selatan. 

Sedangkan Kantor Advokasi Jaringan Tambang (Jatam) Kalimantan Timur di Samarinda, Kalimantan Timur, digeruduk segerombolan orang pada Senin malam lalu. 

Mereka yang menggenggam senjata api dan tajam menyatakan keberatan dengan sikap kritis Jatam atas kerusakan lingkungan yang menyebabkan 11 perusahaan tambang batu bara di wilayah itu ditutup sementara. Sebelumnya, Jatam merilis data 19 korban jiwa karena tenggelam di bekas galian tambang. DIANANTA P. SUMEDI | S.G. WIBISONO

------------------------------------

[Dimuat di Koran Tempo online]